BALIKPAPAN—Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal tampil sebagai pembicara pada acara Seminar dan Lokar karya (Semiloka) tentang penulisan buku dengan judul Aji Galeng Dari Paser Utara Penjaga Negeri dan Peletak Peradaban 1790-1882 karya Dr. Bambang Arwanto AP. M.Si yang berlangsung di conference room kampus Uniba, Sabtu (3/08/2024).
Rektor Uniba menyampaikan, terkait dengan penulisan buku dengan judul Aji Galeng Dari Paser Utara Penjaga Negeri dan Peletak Peradaban 1790-1882, menurutnya ketika berbicara Kutai dan Paser itu tidak bisa dilepaskan dengan Sulawesi Selatan. Karena di abad XVIII ketiganya bukanlah trasnmigran, di mana Sulawesi Selatan bersama-sama Kutai dan Paser sama-sama mempersatukan negeri ini. Menurut Rektor Uniba, kampus ini berkomitmen terkait dengan pengembangan sosial, budaya dan perekonomian di IKN. “Nah, terkait dengan kegiatan ini, apa yang terjadi hari ini saya berharap bisa sukses. Dan karena konteksnya Semiloka dan dilaksanakan di kampus, kita harus menghilangkan ego tetapi lebih mengedepankan kajian-kajian ilmiah,” ujar Rektor Uniba.
Lebih lanjut Rektor Uniba menyampaikan, bahwa komitmen Uniba terkait bagaimana IKN itu mendahulukan masyarakat Paser dan Kutai Kartanergara yang mesti diwujudkan. Ketika IKN belum dipindahkan, bahwa Rektor Uniba sudah mengkaji, bagaimana agar masyarakat Paser dan Kutai Kartanegara itu menjadi yang terdepan dan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Itulah komitmen Rektor Uniba. Dan itu dibuktikan dengan ditulisnya buku terkait IKN Nusantara hasil karya Rektor Uniba. Dan sudah 2 yang terbit. Nanti yang ke 3 akan segera terbit. “Buku itu judulnya adalah IKN Nusantara dari Pangkunegara Untuk Indonesia. Ini sekedar penyampaian saja. Sebelum IKN bernama Nusantara, kami itu mengusulkan nama IKN, namanya Pakunegara. Itu merupakan singkatan Pa itu Paser, Kunagara itu Kutai Kartanegara,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Thomas Umbu Pati Tena Bololadi menyampaikan, sebagai refresentasi dari Otorita IKN, Ia mengatakan bahwa menurut Presiden Joko Widodo, IKN adalah makna dari loncatan peradaban. Menurutnya, membangun kota tidak seperti membangun infrastruktur. Karena di sana ada narasi peradaban, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan politik dan lain sebagainya. “Jadi hari ini kita tidak hanya membangun infrastruktur kota, tetapi bagaimana kita memaduserasikan berbagai pendekatan kepada warga di kawasan IKN dan itu sudah kita mulai,” ujar Thomas.
Menurut Thomas, bagaimana membangun IKN itu tidak datang dengan konsep eksklusif. Sehingga bicara narasi peradaban di wilayah perkotaan IKN, bahwa Otorita IKN tidak meninggalkan konsep budaya yang ada di kawasan tersebut.
Thomas menyampaikan, dengan akan diterbitkannya buku ini, menurutnya sebagai strategi, legimitasi terkait eksistensi budaya lokal terkait dengan sejarah. Dan ini menjadi penting. Menurutnya, kalau pendekatan normatif dengan melihat Permendagri No 52 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengakuan Masyarakat Hukum Adat. Di mana selama perjalanan politik bangsa ini, khususnya di masa Orde Baru, menurutnya banyak desa-desa adat di republik ini semua hilang. Dan telah menggunakan pendekatan desa gaya baru, di mana selama 32 tahun desa adat nyaris hilang. Tiba-tiba era reformasi, di mana-mana ada pengakuan kembali dan ini perlu diteliti dengan benar. Sehingga harus ada legimitasi dari sekelompok orang yang betul-betul mengatakan silsilah, keturunan yang benar dalam trah atau garis keturunan yang akurat.
Diakhir sambutannya, Thomas menyampaikan, buku ini menjadi pencerah bagi masyarakat dan generasi mendatang agar masyarakat tahu. Bagaimana perjalanan bangsa ini. Perjalanan etnik. Perjalanan suku. Perjalanan kerajaan yang ada di Kaltim. Sehingga harapannya ke depan, dengan adanya buku ini, masyarakat Kaltim dapat membaca buku tersebut dan memahami tentang silsilah kerataan Kutai Kartanegara dan Kerajaan Paser yang valid dan otentik dan memiliki kekuatan hukum.
* Dr. Bambang Arwanto AP. M.Si Penulis Aji Galeng
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN