BALIKPAPAN—Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Amirulhaq Uniba menggelar Sholat Gerhana Matahari yang digelar di Masjid Amirulhaq Kampus Universitas Balikpapan, tepat pada pukul 11.00 WITA, Kamis (20/04/2023).
Hadir pada kegiatan Sholat Gerhana Matahari ini diantaranya Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharma Wirawan Kalimantan Timur Universitas Balikpapan sekaligus Ketua Dewan Pembina DKM Amirulhaq Dr. H. Rendi Susiswo Ismail SE, SH, MH,. Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal. Ketua DKM Amirulhaq Uniba Dr. H. Sugianto serta sejumlah pengurus DKM Amirulhaq Uniba lainnya.
Sebelum pelaksanaan Sholat, Dr. H. Sugianto memberikan arahan tentang bagaimana pelaksanaan Sholat Gerhana Matahari yang terdiri dari dua rakaat ini. Di hadapan sejumlah jemaah, H. Sugianto menyampaikan, di dalam melaksanakan Sholat Gerhana Matahari ini di awali dengan berniat di dalam hati. Kemudian takbiratul ihram yaitu takbir seperti biasa. Lalu membaca doa iftitah dan berta’awudz kemudian membaca Alfatihah dilanjutkan dengan membaca ayat atau surat yang panjang. Lalu rukuk dengan ayat memanjangkannya. Kemudian bangkit dari rukuk tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca Alfatihah dan dilanjutkan dengan ayat yang lebih pendek. Setelah itu di rakaat ke dua durasinya lebih singkat dari rakaat yang pertama, yaitu bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari rakaat sebelumnya.
Setelah melaksanakan Sholat Gerhana Matahari dilanjutkan dengan khotbah dengan khatib Ustadz Andi Jumardi. Dalam khotbahnya Ustadz Andi Jumardi menyampaikan, Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam langsung berdiri terkejut dan merasa ketakutan kiamat akan datang. Beliau pergi ke masjid dan melakukan sholat yang panjang bendiri, ruku' dan sujudnya juga lebih lama. Setelah itu Nabi bersabda, “Gerhana ini adalah tanda-tanda dari Allah,bukan disebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun gerhana ini terjadi supaya Allah menakuti hamba-hamba-Nya. Apabila kalian melihat sesuatu dari gerhana, maka takutlah dan bersegeralah berdzikir kepada Allah, berdoa, dan memohon ampunan-Nya.'"(Muttafaq 'Alaihi). Gerhana hanyalah salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan sains, kita bisa lebih banyak mempelajari ayat-ayat-Nya di alam ini. Gerhana memberi banyak bukti bahwa alam ini ada yang mengaturnya.
Lebih lanjut Ustadz Andi Jumardi menyampaikan, Allah yang mengatur peredaran benda-benda langit sedemikian teraturnya, sehingga keteraturan tersebut bisa diformulasikan, untuk kemudian diprakirakan. “Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang, hal ini tercantum dalam Q.S. Ibrahim ayat ke 33.
Matahari dan bulan beredar pada orbitnya masing-masing, lantas bagaimana bisa terjadi gerhana? Pada awalnya orang-orang menganggap bumi diam, bulan dan matahari yang mengitari bumi dalam konsep geosentris. Kemudian berkembang pemahaman baru,bahwa matahari-lah yang diam sebagai pusat alam semesta. Benda-benda langit lain mengitarinya. Konsep ini dikenal sebagai konsep heliosentris. Bulan dan matahari juga dianggap punya cahayanya masing-masing. Tetapi Alquran memberi isyarat, bahwa walaupun terlihat sama bercahaya, sesungguhnya bulan dan matahari berbeda sifat cahayanya dan gerakannya. “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Kembalilah ia seperti bentuk pelepah yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang,” ujarnya.
Walau matahari dan bulan tampak berjalan pada jalur yang sama, tidak mungkin keduanya bertabrakan atau saling mendekat secara fisik, sebab orbit keduanya memang berbeda. Bulan dan matahari seakan-akan bersatu saat gerhana matahari. Padahal hal ini hanya ketampakannya saja,ketika matahari terhalang oleh bulan yang berada di antara matahari dan bumi. Pada saat gerhana bulan, bulan dan matahari berada pada posisi yang berseberangan sehingga cahaya matahari yang mestinya mengenai bulan, terhalang olch bumi. Bulan purnama menjadi gelap karena bayangan bumi. Fase-fase bulan menunjukkan bahwa bulan itu berbentuk bulat. Lengkungan sabit dibentuk oleh lengkungan bulan yang berbentuk seperti bola. Lalu mengapa pada saat gerhana bulan terlihat juga bentuk lengkungan selama proses gerhana sebagian? Lengkungan kegelapan gerhana itu menjadi bukti bahwa bumi juga bulat.
Dalam khotbahnya, Ustadz Andi Jumardi menyampaikan, di Zaman Bagian Rasulullah, masyarakat kala itu mengira saat gerhana bulan dimakan raksasa sehingga orang-orang memukul berbagai benda untuk mengusir raksasa itu. Dan itu dianggap berhasil ketika bulan kembali benderang. Sebagian masyarakat percaya juga dengan mitos yang mengaitkan gerhana dengan pertanda buruk tertentu. Pada zaman Rasululah kala itu, mitos itu pun terekam di dalam beberapa hadits. Saat putra Rasululah memiliki anak yang bernama Ibrahim wafat, terjadi gerhana sebagian di wilayah Madinah. Orang-orang ada yang mengaitkan kematian lbrahim dengan kejadian gerhana. Namun Rasulullah membantahnya dan mengajarkan nilai-nilai tauhid untuk menyikapi peristiwa tersebut. "Kalau pun ada ketakutan yang muncul, takutlah kepada Allah yang menciptakan gerhana, bukan takut kepada gerhananya atau mitos-mitos yang tak jelas logikanya," ujar Ustadz Andi Jumardi.
Di dalam hadits Abû Burdah dari Abû Mūsa Radhiyalāhu 'Anhu, dikisahkan peristiwa gerhana di Madinah. Ayat ini bukan hanya mengungkapkan perbedaan sifat cahaya bulan dan matahari, tetapi juga perbedaan geraknya. Perbedaan orbitlah yang menyebabkan matahari tampak tidak berubah bentuknya. Sedangkan bulan berubah-ubah bentuknya sebagai perwujudan perubahan tempat kedudukannya (manzilah-manzilah), dalam sistem bumi-bulan-matahari. Kini sains bisa mengungkapkan sifat gerak dan sumber cahaya bulan dan matahari. Sains menghilangkan mitos dan meneguhkan keyakinan akan kekuasaan Allah. "Gerhana kita ambil hikmahnya, bahwa Allah menunjukkan kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya dengan fenomena itu. Keteraturan yang luar biasa yang Allah ciptakan memungkinkan manusia menghitung peredaran bulan," ujarnya.
Setelah menyampaikan khotbahnya, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin langsung oleh Ustdaz Andi Jumardi dilanjutkan diskusi sembari menunggu waktu sholat Dzuhur.
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN