BALIKPAPAN—Masjid Amirul Haq Universitas Balikpapan kedatangan tamu istimewa yaitu Ustadz sekaligus Ketua Umum Masjid Jogokaryan, Jogjakarta, KH Muhammad Jazir, yang dikenal sebagai masjid yang selalu nol saldonya setiap minggunya. Kehadiran KH Muhammad Jazir di Masjid Amirul Haq Uniba ini sengaja didatangkan Uniba dalam rangka pengelolaan keuangan masjid. Di mana KH Muhamad Jazir sangat terkenal di tanah air, berkat pengelolaan keuangan masjid, di mana setiap minggunya saldo kas masjid selalu nol.
KH. Muhamad Jazir ini hadir untuk memberikan Tablik Akbar di Masjid Akrul Haq Uniba. Di mana pada malam itu hadir pula diantaranya Ketua Dewan Pembina Yapenti Dharma Wirawan Kalimantan Timur Universitas Balikpapan Dr. H. Rendi Susilo Ismail SE, SH, MH,. Rektor Uniba Dr. Ir. H. Isradi Zainal. Ketua DKM Masjid Amirul Haq Dr. H. Sugianto serta sejumlah dekan, dosen dan mahasiwa Uniba dan sejumlah ketua dan anggota organisasi keagamaan Islam sekota Balikpapan, Camat Balikpapan Selatan dan Anggota DPRD Kota Balikpapan Iwan Wahyudi yang berlangsung Sabtu Malam (30/07/2022).
Dr. H. Rendi Susilo Ismail dalam sambutannya mengatakan, kedatangan KH Muhammad Jazir ke Masjid Amirul Haq Uniba dalam rangka silahturahmi sekaligus mendengar banyak hal berkaitan dengan pengetahuan kita tentang bagaimana tata selengara dan tata kelola masjid. Menurut Rendi Ismail, di hampir seluruh masjid yang ada di Indonesia ini masih dikelola secara konvensional. Kemudian menurut Rendi Ismail, rumah ibadah atau masjid hanya untuk menjalankan ibadah saja secara ritualitas. “Jadi setelah menjalankan ibadah sholat secara berjamaah, masjid ditutup. Kemudian masjidnya gelap karena semua lampu yang ada di dalamnya dimatikan. Hampir semua seperti itu,” ujar Rendi Ismail.
Beliau juga menyampaikan pembangunan masjid di banyak tempat itu luar biasa. Masjid dibangun megah-megah, namun sangat disayangkan ativitasnya hanya sekedar untuk pelaksanaan shalat berjamaah saja. Padahal, potensi kekuatan masjid itu sangat luar biasa, tidak saja untuk tempat pusat pelaksanaan shalat wajib, tetapi masjid diharapkan sebagai sentra atau pusat pergerakakan kegiatan keumatan.
Lebih lanjut Rendi Ismail mengatakan, agar kehadiran KH Muhammad Jazir dapat menyampaikan kepada pengurus Masjid Amirul Haq Uniba, tentang kiat-kiat berkaitan dengan bagaimana mengoptimalkan masjid sebagai pusat pergerakan kekuatan umat, tidak saja dalam kaitan untuk meningkatkan bobot maupun kualitas dari pada marbot dan imam juga yang secara rutin kita jalankan, tetapi juga menjadi pusat pergerakan untuk membangun kekuatan ekonomi umat.
Secara konkrit Rendi Ismail dan H. Sugianto sudah berkunjung ke KH. Muhammad Jazir dan melihat langsung masjid yang ada di Jogokaryan. Menurut Rendi, sebenarnya masjidnya biasa-biasa saja. Namun aktivitas masjid di sana sungguh luar biasa, untuk rakyat, untuk masyarakat untuk umat. “Itu yang kemudian menarik bagi saya untuk mengundang KH Muhamad Jasir yang sukses mengelola Masjid Jogokaryan. Untuk itu dihadirkan di Uniba melalui masjid ini tetapi transformasi keilmuannya, pemahaman tentang persoalan-persoalan manajerialnya, sebagaimana mengelola masjid itu bisa juga diikuti oleh pengurus masjid lainnya yang hadir pada mala mini,” ujar Rendi Ismail.
Usai menyampaikan kata sambutannya, acara masuk ke acara inti, yaitu tablik Akbar yang dibawakan oleh KH Muhammad Jazir, di mana beberapa point penting yang disampaikannya adalah paradigma orang musrik itu memakmurkan masjid hanya memikirkan bangunan fisiknya masjid. Jadi kalau ada pengurus masjid yang dibicarakan hanya bantuan untuk masjid itu otaknya orang musrik.
Jadi orang-orang yang memakmurkan masjid itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, sudah semestinya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Yaumul Aqhir itu adalah memakmurkan masjid. Beliau mengatakan, berdasarkan data terakhir yang diterimanya, jumlah penduduk Balikpapan mencapai 710.000 orang. Sedangkan masjidnya berjumlah 455 masjid. “Saya hitung, berarti satu masjid itu terdapat 1.500 jemaah. Kalau kita ambil saja yang muslim berdasarkan data dan yang laki-laki dewasa, itu 1 masjid seharusnya kalau sholat ada 600 orang laki-laki dewasa di setiap masjid yang ada di Balikpapan. Itu belum termasuk yang wanita dewasanya. Kira-kira di masjid-masjid yang ada di Balikpapan ini, ada 600 orang gak saat menjalankan sholat wajib?” ujar KH Muhammad Jazir.
Kenapa hal ini bisa terjadi, karena masjid belum dimakmurkan menurut ridho Allah. Memakmurkan masjid itu tidak, secara teknis, dalam Surat Taubah ayat 18. Yang pertama menegakkan sholat, bukan mengerjakan sholat, artinya sholat itu ditegakkan. Karena sunnah Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam, bahwa sholat-sholat wajib itu hendaknya dikerjakan berjamaah di masjid. Kalau shalat sunat itu di rumah, sedang shalat wajib itu di masjid. Yang menjadi problem adalah pengurus masjid belum melakukan gerakan menegakan sholat berjamaah.
Di tahun 1999 Beliau terpilih menjadi Ketua Umum Takmir Masjid Jogokaryan. Dari sinilah Beliau melakukan beberapa terobosan yang fenomenal diantaranya, Masjid Jogokariyan jadi tenar. Terkenal manajemennya. Ada layanan “ATM Beras”. Saldo nol rupiah. Menaggung kehilangan sepeda motor jemaah yang sedang melaksanakan shalat di masjid tersebut. Memberi makan secara gratis. Serta ada pula ketersediaan tempat nginap.
Beliau menerangkan ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Yatsrib, yang dilakukan membangun masjid terlebih dahulu. Rasulullah melayani masyarakat, memberikan penyelesaian persoalan-persoalan masyarakat. Sehingga, keberadaan Rasulullah dengan masjid menjadi pusat datangnya orang dengan berbagai persoalan. Yang akhirnya masjid menjadi sentralnya masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, maka tumbuhlah kebutuhan-kebutuhan untuk memenuhi orang yang datang ke masjid. Maka, berdirilah pasar, berdiri juga penginapan. Kemudian lahirlah Kota Madinah.
Masjid di masa Rasulullah itu buka 24 jam, melayani masyarakat, menjadi bangunan paling terang di saat malam hari di saat bangunan lain gelap. Inilah yang mendasari KH Muhammad Jazsir untuk mengelola masjid.
Apabila masjid buka 24 jam dan ditambah dengan cahaya lampu yang terang. Ketika ada orang yang kebetulan lewat pada malam hari di sekitar masjid Jogokaryan, maka bisa singgah di masjid. “Inilah yang saya lakukan. Masjidnya saya nyalakan lampunya pada malam hari. Sehingga ketika ada musafir atau orang yang lewat tentu mau singgah. Mau istirahat. Maka kami layani. Apa yang diperlukan oleh mereka. Kemudian ada orang yang kemalaman, mau numpang menginap, yah kami tawarkan. Silahkan kalau mau istirahat di sini," ujarnya.
Maka masjid itu eksis di dalam melayani dan memecahkan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat selama 24 jam. Maka otomatis kalau masjidnya makmur, maka masjid berdampak memakmurkan masyarakat.
Saat diberi amanah sebagai pengurus masjid Jogokarian, KH Muhammad Jazir awalnya mau mencoba mengubah cara pandang takmir masjid yang sebelumnya. Menurutnya banyak orang yang senang menerima amanah akan tetapi tidak bertanggung jawab.
Kala itu beliau sering kali mendapat kabar ada jamaah yang sering kehilangan barang saat keluar dari masjid. Seperti sandal, sepatu atau bahkan sepeda motor. Maka beliau ubah di Masjid Jogokariyan dengan pernyataan tertulis di halaman masjidnya. Di mana tulisan tersebut tertulis “Jika di masjid ini anda kehilangan sandal, sepatu, sepeda motor, akan kami ganti baru dengan merek yang sama. Maka takmir masjid yang akan bertanggung jawab," ujar KH Muhammad Jazir.
Menurutnya, takmir masjid Jogokariyan harus punya tanggung jawab. Akhirnya, uang infak masjid diberikan untuk membantu jamaah yang sakit. Membuat beberapa kotak infak, yang masing-masing kotak infak itu tertera untuk tulisan untuk beli beras. Untuk orang yang sakit. Untuk membeli makanan dan lainnya. "Dari setiap Infaq yang masuk masjid, kami berusaha untuk menyegerakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di lingkungan Masjid Jogokaryan. Enggak boleh menjadi saldo. Dari sinilah Masjid Jogokariyan dikenal dengan branding-nya masjid dengan saldo nol.
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN