BALIKPAPAN—Fakultas Sastra Inggris Universitas Balikpapan menggelar seminar dengan tema “Metafisika : Ilmu Ghaib, Santet dan Guna-guna, Fakta atau Rekayasa”. Hadir pada acara ini diantaranya Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zaenal ST, MT, MH, MM, DESS, IPU, Dekan Fakultas Sastra Inggris Jepri Nainggolan S.S, M.Pd, Wakil Dekan Fakultas Sastra Dra. Rosmiati, M.A,. Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar Dra. Hj. Siti Hafsah M.Hum serta hadir pula 2 pemateri utama, yaitu Eka Yusriansyah, S.Pd, M.Hum, yang merupakan dosen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman dan Ki Raka Sapu Jagad yang kesehariannya sebagai praktisi metafisika dan pengobatan non medis. Acara yang digelar di conference room Uniba itu juga dihadiri seluruh mahasiswa Fakultas Sastra Inggris, mulai dari tingkat 1 hingga tingkat 3. Serta hadir pula sejumlah Alumni Mahasiswa Fakultas Sastra Inggris, Senin (06/06/2022).
Rektor Universitas Balikpapan dalam sambutannya menyampaikan, bahwa seminar ini terbilang langka dan sangat jarang dibahas di beberapa perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Menurutnya ilmu metafisika adalah bagian ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya di ilmu filsafat. Namun sementara ini, di hampir seluruh perguruan tinggi jarang menggelar seminar tentang metafiska ini. “Saya ucapkan terimakasih kepada Fakultas Sastra Inggris, yang sudah menggelar kegiatan ini. Di mana tema dari acara ini betul-betul jarang dibahas di kalangan akademisi ataupun di lingkungan kampus. Untuk itu saya mohon agar para adIk-adIk sekalian, khususnya mahasiswa Fakultas Sastra agar betul-betul menyimak kegiatan ini. Sebab acara ini terbilang langka,” ujar Isradi Zaenal.
Seminar ini dipandu oleh, Dekan Fakultas Sastra Inggris Jepri Nainggolan S.S, M.Pd,. Di mana untuk sesi awal diisi oleh Eka Yusriansyah, S.Pd, M.Hum, yang merupakan dosen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman. Menurut Eka Yusriansyah, acara ini betul-betul baru terkait dengan temanya. Menurutnya kajian metafisika dalam sastra ini lumayan baru, khususnya dalam tradisi kritik sastra.
Terkait dengan metafisika, itu tidak hanya tentang ilmu ilmu ghaib atau yang tidak terlihat atau tak kasat mata. Namun menurutnya metafisika itu lebih dalam ingin menulusuri segala sesuatu fenomena konkrit yang ada di balik sesuatu yang tidak kelihatan itu.
Lebih lanjut Eka Yusriansyah mengatakan, di tahun 2013 di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada, sudah menggabungkan filsafat barat dan filsafat timur, sehingga melahirkan mata kuliah yang baru, yaitu filsafat nusantara. “Nah filsafat nusantara ini sekarang sudah trend di dalam kajian kajian filsafat. Yaitu UGM ingin membongkar bagaimana gagasan-gagasan metafisik atau sesuatu yang berkaitan tidak hanya dengan kekuatan adi kodrati di dalam kebudayaan. Melainkan nilai-nilai teologi, nilai-nilai fsikologi atau nilai-nilai kosmologi yang terdapat di dalam kebudayaaan di seluruh nusantara,” ujarnya.
Menurut Eka Yusriansyah, seminar pada hari ini sangat menarik dan patut diapresiasi, karena betul betul baru, apalagi yang mengadakan Fakultas Sastra. Kalau di UGM mata kuliah Metafisika Nusantara sudah ada sejak 2013, yang dikembangkan oleh Prof Joko Siswanto dan sudah ada bukunya. “Itu hanya satu mata kuliah yang kemungkinan hanya 2 SKS di Fakultas Filsafat UGM. Kalau metafisika di dalam sastra sependek pengetahuan saya belum ada mata kuliah khusus yang membicarakan ini,” imbuhnya.
Sebagai seorang akademisi, Eka Yusriansyah mengatakan selalu mengkaji gagasan-gagasan metafisika yang termanisfestasikan atau yang ada di balik kebudayaan itu. Di balik foot ploor, sastra lisan, tradisi lisan atau budaya-budaya pop. “Kalau saya ingin menjawab pertanyaan itu, ilmu ghaib, santet dan guna-guna, fakta atau rekayasa. Mungkin sign ilmu pengetahuan saya menjawab susah untuk menerimanya. Akan tetapi secara agama, dalam teologi saya, mengatakan, percaya. Karena itukan, sebagian dari pada iman,” pungkasnya.
Usai menyampaikan paparannya, giliran Ki Raka Sapu Jagad yang menyampaikan paparannya. Menurutnya ada tiga sifat yang terkadang manusia itu tidak mengetahuinya, mulai secara ghaib, secara jasad atau secara sifat. Kalau secara jasad, kebanyakan yang bersangkutan bisa melihat penampakan yang tidak semua orang bisa mampu melihatnya. “Tanpa kita pengen lihat, tanpa disengaja untuk melihat ataupun disengaja untuk melihatkan. Tanpa kita mempunyai kemampuan lebih. Jadi tiba-tiba saja dia bisa melihat mahluk lain sekelebat seketika tanpa disengaja,” ujarnya.
Menurut Ki Raka Sapu Jagad, penampakan wujud secara ghaib, itu tidak bisa dilihat atau dipandang secara langsung, terkecuali orang yang memiliki supranatural atau memiliki mata batin. “Jadi bisa melihat jika yang bersangkutan memiliki kelebihan,” ujarnya.
Secara sifat, lanjut Ki Raka, mahluk ghaib yang posisinya di alam mereka sendiri, bukan seperti di alam manusia. Menurut Ki Raka manusia mempercayai bahwa manusia punya alam sendiri dan mahluk ghaib tersebut juga memiliki alam tersendiri. Walaupun manusia memiliki suatu kemampuan, manusia tidak bisa melihat alam ghaib tersebut. Terkecuali seseorang tersebut masuk ke dalam dimensi atau ke alam manusia itu sendiri.”Mungkin kita bisa melihat karena kita mempunyai kemampuan. Tapi kalau mahluk ghaib itu berada di alamnyanya sendiri. Kita tidak bisa melihat. Karena batasan-batasan dimensi tadi atau alam yang berbeda,” imbuhnya.
Di penghujung acara, Ki Raka sempat melakukan testimoni. Yaitu dengan mengisi energi yang ada dalam dirinya kemudian dialirkan di lantai halaman kampus Uniba. Anehnya, setelah Ki Raka mentransfer energinya ke lantai lalu dicoba dengan menggunakan test pen dan ternyata test pen itu menyala. Ini menandakan, bahwa lantai yang sudah diisi energi oleh Ki Raka terbukti memiliki. Kejadian ini tentu saja menarik perhatian para peserta yang hadir. Bahkan sempat pula Ki Raka mendeteksi 10 mahasiswa, apakah para mahasiswa ini memiliki khodam. Rupanya dari 10 mahasiswa tersebut, ada yang memiliki khodam dan ada pula yang memiliki ilmu dari leluhur dan lainnya tidak ada sama sekali.
Ki Raka Sapu Jagad mulai dikenal orang, setelah ia berhasil mengambil 1 kilogram platinum atau emas putih milik seorang pengusaha kaya di Sulawesi yang dicuri oleh mahluk ghaib. Beragam cara sudah dilakukan oleh si pemilik, namun tetap tidak membuahkan hasil. Namun anehnya, platinum 99,9% dengan berat 1000gram tersebut ternyata berhasil diambil dan dikembalikan ke pemiliknya setelah Ki Raka Sapu Jagad dengan segala kemampuannya berhasil mengambil kembali emas putih tersebut di alam ghaib. Pasca peristiwa ini, Ki Raka Sapujagad sudah mulai terkenal, bukan hanya di Indonesia, namun dirinya sudah sering ke luar negeri untuk diundang orang. Seperti mengobati penyakit non medis serta hal-hal yang berbau ghaib. Kendati demikian, ia enggan disebut Paranormal, justru Ia lebih suka dipanggil praktiksi metafisika.
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN