Ini Pesan Moral Dr H Rendi Susiswo Ismail Saat Memberikan Tausiyah di Acara Buka Puasa Bersama


BALIKPAPAN—Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharma Wirawan Kalimantan Timur Universitas Balikpapan Dr. H. Rendi Susiswo Ismail SE, SH, MH, memberikan tausiyah saat acara berbuka puasa di hari ke 20 Ramadan yang berlangsung di Masjid Amirul Haq Universitas Balikpapan, Selasa (11/04/2023).

Hadir pada acara ini diantaranya Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal, sejumlah Wakil Rektor, Dekan, Ketua Program Studi, Dosen dan sejumlah pejabat struktural yang ada di Universitas Balikpapan serta sejumlah mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di Universitas Balikpapan.

Acara buka puasa ini sudah dilakukan mulai 1 Ramadan dan dilaksanakan setiap hari hingga tanggal 20 Ramadan yang digelar di Masjid Amirulhaq Universitas Balikpapan. Dan acara buka puasa bersama ini akan terus berlangsung hingga di akhir Ramadan nanti. Pada buka puasa kali ini acara di awali dengan Pembacaan Ayat Suci Alquran, Sambutan Rektor Uniba, Tausiyah dari Dr. H. Rendi Susiswo Ismail, SE, SH, MH, Doa berbuka Puasa, Berbuka (takjil), sholat Magrib berjamaah kemudian dilanjutkan dengan makan malam lalu dilanjutkan shalat isya dan tarawih berjamaah.

Ada beberapa tausiyah yang disampaikan Dr. H. Rendi Susiswo Ismail yang sangat menyentuh bagi seluruh jemaah yang hadir sore itu. Dalam tausiyahnya, Beliau menyampaikan, bahwa dahulu di zaman Rasullullah Muhammad Salallahu Waalaihi Wassalam ada seorang yang bernama Alqomah yang dikenal sangat taat melaksanakan ibadah, tidak pernah putus shalatnya, tidak pernah putus tahajudnya. Namun saat Alqomah ini mengalami sakit keras dan mendekati sakaratul maut, sang istri sampai kebingungan. Maka sang istripun sampai tidak bisa berbuat apapun. Maka sang istri mengutus seseorang untuk menemui dan menyampaikan masalah suaminya tersebut kepada tiga orang sahabat Rasullullah Muhammad Salallahu Waalaihi Wassalam, salah satunya Bilal Bin Rabbah, untuk menemui Rasullulah. Setelah bertemu Rasullullah, sahabat Nabi tersebut menyampaikan kepada Baginda Nabi, bahwa Alqomah sedang sakit dan mendekati sakaratul maut dan benar-benar tersiksa. Maka Rasullullah menyampaikan, kepada ke tiga sahabatnya itu apakah dia masih memiliki ibu? Atas anjuran Rasullullah itu, para sahabat Nabi tersebut menyampaikan kepada istri Alqomah, apakah Alqomah masih memiliki ibu? Ternyata, setelah ditanya, istrinya mengatakan, Alqomah masih memiliki ibu. Namun menurut sang istri, Alqomah selama bertahun-tahun tak pernah menemui ibunya. Alqomah sibuk dengan ibadahnya siang dan malam yang tak pernah putus sehingga ia lupa kepada ibunya yang masih hidup.

Setelah menerima anjuran Sang Rasul para sahabat Nabi ini mendatangi Ibunda Alqomah. Sang Ibupun menyampaikan, bahwa dirinya sakit hati, karena Alqomah—anaknya—lebih mementingkan istrinya ketimbang ibunya sendiri. Namun apa yang disampaikan sang Ibunda sangat di luar dugaan. Sang Ibu tak mau memaafkan anaknya sendiri, Alqomah. Karena begitu sakitnya hati ibunya memiliki anak yang tidak pernah ditemuinya selama sekian lama. Alqomah lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya.  Maka utusan sahabat Rasullullah ini kembali kepada Rasullullah, untuk meminta petunjuk. Apa kata Sang Rasul, bakar saja Alqomah itu. Mendengar perintah Rasullullah tersebut, rupanya sang ibu hatinya luluh. Dan para sahabat Nabipun sudah menyiapkan kayu bakar. “Apapun alasannya, Alqomah kan anak yang dilahirkannya, tak tegalah melihat anak kandungnya dibakar di hadapan ibunya sendiri. Maka akhirnya dengan bercucuran air mata ibunya itu memaafkan Alqomah. Begitu dimaafkan, badan Alqomah langsung lemas, sakit yang dirasakannya selama ini hilang seketika. Kemudian dengan ringan Alqomah mampu mengucapkan La ila Ha illallah Muhammadar Rasulullah dan saat itu pula Alqamah wafat,” ujar H. Rendi Susiswo Ismail.

Lebih lanjut tausiyah yang disampaikan oleh Dr. H. Rendi Susiswo Ismail menceritakan tentang cerita yang lain, yaitu tentang Aljuraij. Kisah tentang Aljuraij ini hampir mirip dengan Alqomah, yang ahli ibadah. Al Juraij itu orang shaleh dari bangsa Israil yang hidup jauh sebelum Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam. 

Di mana suatu ketika Aljuraid sedang beribadah, sang ibu memanggilnya untuk meminta pertolongan. Namun Aljuraid ini karena sedang beribadah, maka panggilan ibunya ini tidak disahuti sampai tiga kali. Akhirnya, marahlah ibunya. Bahkan sang ibu sampai mengatakan kepada anaknya, Aljuraid, mudah-mudahan nanti dalam waktu dekat, akan ada datang fitnah oleh seorang pelacur yang datang padanya.

Tidak lama kemudian,  sumpah sang ibu benar terjadi. Aljuraij didatangi seorang perempuan yang mengaku dirinya hamil akibat ulah Aljuraid. Namun Aljuaij justru mengaku bahwa dirinya tidak pernah mengenal wanita tersebut. Padahal fitnah ini sudah menyebar ke seluruh penjuru kota. Sampai kemudian perkembangannya, fitnah terus menyebar. Setelah itu di akhir cerita, Aljuraij karena dia orang shaleh maka, saat wanita itu melahirkan anaknya, maka ditanyalah si bayi itu. Ternyata rupanya, si bayi itu menjawab, bahwa ayahnya adalah seorang pengembala kambing. Atas dasar itulah kemudian, Aljureij terbebas fitnah.  "Kisah ini terjadi, jauh sebelum Rasullullahu Sallallahu Alaihi Wassalam lahir," ujar Dr. H. Rendi Susiswo Ismail. 

Di balik cerita ini, ada hikmah yang bisa dipetik. Betapa seorang anak, apa lagi laki-laki tidak boleh sama sekali menyakiti hati ibunya apalagi mendurhakainya. Ternyata seorang anak laki-laki ketika ibunya itu membutuhkan apapun itu, bukan masalah besar atau tidaknya, ringan atau tidaknya. “Ini pelajaran bagi anak laki-laki. Bagi perempuan, bagi istri juga wajib untuk mengingatkan agar suaminya taat kepada ibunya. Kalau anak laki-laki itu surga di bawah telapak kaki ibu. Kalau istri surga di bawah telapak kaki suami. Dan seorang anak laki-laki ketika dipanggil oleh ibunya, maka wajib saat itu juga ia harus memenihi panggilannya ibunya,” pesan Dr. Rendi Susiswo Ismail.

Tausiyah yang disampaikan oleh Dr. H. Rendi Susiswo Ismail ini benar-benar memenuhi pesan moral bagi seluruh jemaah yang hadir sore itu. Apa yang disampaikan dalam tausiyah Dr. H. Rendi ini benar-benar menyentuh. Betapa mulianya seorang ibu. Untuk itu Dr. H. Rendi Susiswo Ismail berpesan, bagi jemaah yang masih memiliki ibu, memohonlah maaf kepada ibu. Memintalah keridhaannya. Bahkan ciumlah kaki ibu. Karena di sanalah surga kaum para anak laki-laki.

HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPA