BALIKPAPAN—Sejumlah peserta begitu antusias ketika mengikuti pelatihan eco print yang diikuti Wakil Rektor Bidang Admisi, Humas, Kemahasiswaan dan Alumni Ir. Rahmat Rusli ST. MT. Ketua Pusat Kewirausahaan Uniba Dr. Indrayani M.Pd dan beberapa dosen serta sejumlah perwakilan mahasiswa dari seluruh program studi yang ada di Universitas Balikpapan, yang digelar di Ballroom Putri Aji Karangmelenu, Gedung G Lantai 8 Kampus Uniba, Jumat (16/06/2023).
Kegiatan ini diprakarsai oleh Hj. Syarifah Emi Hasyimiah Alaydrus, sebagai pemilik Rumah Ampiek, yang merupakan satu-satunya pengrajin Batik khas Balikpapan yang ada di Kalimantan. Beliau selaku pemilik Rumah Ampiek, sengaja menggelar kegiatan ini dengan tujuan untuk memperkenalkan sekaligus mempraktikan bagaimana cara membuat batik dengan menggunakan bahan yang keseleluruhannya berbahan alami.
Menurut wanita yang bisa disapa Bu Hajjah Emi Alaydrus ini menyampaikan, Ecoprint adalah teknik pengolahan kain serat alami, menggunakan bagian dari tumbuhan dan tanaman sebagai motif dan pewarnaan. Mulai dari daun, bunga, batang, buah, akar, kulit kayu dan bagian lainnya. Dan dalam materi yang disampaikan kali ini adalah dengan menggunakan media yang digunakan berupa kain.
Menariknya, proses pembuatan batik ecoprint ini tidak membutukah waktu yang lama. Dan semua bahan yang digunakan berbahan alami. Seperti kain greige/grey, yaitu kain yang belum diproses lanjut setelah pembuatan dari benang menjadikan kain, kain jenis ini harus melalui proses scouring. Kemudian kain tersebut setelah proses penenunan, kain mengalami proses pencucian dan siap untuk diproses lanjut, kain jenis ini tidak perlu scouring dan bisa langsung ke proses mordant. Setelah itu kain dilembabkan, seperti kain Viscose, Bemberg dan Viscose Sateen. Untuk mengetahui kain yang dibeli apakah sudah RFD atau belum, harus mendapatkan informasi dari penjual. “Kita tidak menggunakan kain yang mengandung serat polyster/sintetis dalam ecoprint,” ujar Emmy Alaydrus.
Setelah itu, sekelompok mahasiswa sudah masuk praktik secara berkelompok. Tentu saja ini momen yang tidak disia-siakan oleh dosen maupun mahasiswa yang mengikuti kegiatan pelatihan ini. Langkah awalnya adalah menyiapkan kain dengan 3 tahapan batik eco print. Pertama kain harus dicuci untuk menghilangkan zat lilin. Tidak boleh menggunakan sabun pelembut. Menambahkan 2 sendok sabun yang biasa dipakai untuk mencuci piring sebanyak dua sendok. Bisa juga menggunakan air tetesan AC atau menggunakan air hujan sebagai sarana perendam kain. Jika menggunakan air pakai PDAM, harus diendapkan selama seminggu. “Untuk kain ukurannya panjangnya 2 meter. Sabun pencuci piring 2 sendok. Dicuci dan dibilas dan bisa dijemur di bawah sinar matahari selama 3 menit saja,” ujarnya .
Selanjutnya melakukan Mordamping, yaitu pengembangan kain. Bahan bahan yang digunakan adalah tawas. Menggunakan soda kue. Cuka 10 sendok makan. Tiga bahan dicampur dalam air hujan sebanyak 5 liter selama setengah jam. “Kalau yang ini setelah itu 3 menit melakukan perendaman lalu dijemur hingga kering di bawah sinar matahari hanya tiga menit saja,” ujarnya.
Setelah kain siap untuk di batik, para peserta harus melakukan pembentukan desain, dengan menyusun dedauan, bunga dan ranting. Kemudian proses selanjutnya adalah pewarnaan yang bebahan alami. Pewarnaan yang digunakan adalah berasal dari tanaman, seperti kulit buah jolawe, kayu tingi, kayu secang (dalam bentuk potongan kayu, serutan, bubuk), kayu tegeran dan ini adalah jenis pewarna alami yang paling sering digunakan.
Usai melakukan penempelan bahan bahan alami di atas kain, kemudian dilanjutkan kain yang sudah direndam air yang telah diberikan pewarna alami sebanyak 500gram tadi, kemudian ditempelkan kain yang sudah direndam ke dalam 3-4 liter air tersebut beberapa saat. Lalu kain digulung secara perlahan dengan menggunakan media pipa sebagai penyangganya agar kain bisa menempel merata di kedua sisi kain. Setelah digulung, pipa dilepas dan kain tersebut secara perlahan, kemudian dilipat menjadi empat lipatan. Setelah itu dikukus selama 2 jam.
Usai melakukan pengukusan, kain tersebut dibuka. Dan sungguh menakjubkan semua kain yang dibuat oleh para dosen dan sejumlah mahasiswa menghasilkan batik yang luar biasa indahnya. Dan hebatnya, tidak ada satupun yang sama. “Ini kelebihan batik Ecoprint, berbeda dengan batik pada umumnya. Biasanyakan batik itu indentik sama, seperti seragam. Nah, kalau batik Ecoprint hanya satu-satunya dan tidak mungkin ada duanya. Mulai dari motif hingga warnanya pasti berbeda,” ujar Emmy Alaydrus.
Sementara itu Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tingga Dharma Wirawan Kalimantan Timur Universitas Balikpapan Dr. H. Rendi Susiswo Ismail SE. SH. MH., yang turut serta dalam kegiatan ini menyampaikan, bahwa beliau sangat memberikan apsresiasi atas kegiatan ini. Bahkan beliau berpesan, kalau bisa batik ecoprint dapat menjadi UMKM mahasiswa. “Kami siap memberi fasilitasi. Karena batik ecoprint benar-benar indah dan tidak ada duanya. Silahkan pihak UMKM mengembangkannya dan kami siap mendukungnya secara penuh. Agar UMKM Uniba juga memiliki produk yang belum pernah ada sebelumnya,” pungkasnya.
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN