BALIKPAPAN—Fakultas Sastra Program Studi Sastra Inggris Universitas Balikpapan menggelar seminar sastra dengan tema “Drama Sebagai Seni Sehari-hari dan Bagaimana Cara Menampilkannya di Pentas” yang digelar di Ballroom Putri Aji Karangmelenu, Gedung G, Lantai 8, Kampus Uniba, Kamis (15/06/2023).
Hadir pada acara ini diantaranya Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal. Dekan Fakultas Sastra Dr. Jepri Nainggolan, A.Md., S.S, M.Pd. Dosen Pengampu Dra. Hj. Siti Hafsah, M.Hum. Kaprodi Sastra Inggris Waladin Panggabean S.S., M.Pd serta hadir pula seluruh mahasiswa Fakultas Sastra Angkatan 2019/2020.
Dra. Hj. Siti Hafsah, M.Hum dalam sambutannya menyampaikan, bahwa terselengaranya kegiatan ini pencetusnya adalah Jepri Nainggolan. Untuk itu Fakultas Sastra Inggris mengaplikasikannya lewat kegiatan ini, supaya membekali mahasiswa sebagai bekal nanti saat bersosialisasi di masyarakat. “Saya mencoba untuk mengkolaborasikan, bagaimana memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa drama itu adalah sebenarnya seni kehidupan sehari-hari. Dan sastra itu adalah seni dan bersifat universal,” ujarnya.
Lebih lanjut Siti Hafsah menyampaikan, dalam transpormasinya ada tiga hal, yaitu voice, perfect dan visual. Visual itu bagaimana. Verbal itu bagaimana menyampaikan lewat dengan bahasa. Voice juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Usai menyampaikan sambutan, acara dilanjutkan dengan sambutan Rektor Uniba. Dalam sambutannnya Rektor Uniba menyampaikan, bahwa dirinya bangga melihat kegiatan ini oleh karena dilakukan secara profesional. Dan ini bisa dijadikan percontohan ke Universitas Balikpapan secara keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari ada ungkapan yang menyatakan dunia ini adalah panggung sandiwara. Di mana semua orang memiliki masing-masing peran di dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
“Fakultas Sastra ini jika memiliki kegiatan selalu berkesan. Dan saya rasa semangat ini tolong dijaga terus. Insya Allah kami dari universitas akan selalu mendukung dan berdoa semoga acara hari ini lancar, sukses dan barokah. Dan saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada Dosen Pengampu, kemudian para mahasiswa yang hadir dan panitia yang sudah bersusahpayah untuk menyukseskan acara ini,” pungkas Rektor Uniba disambut tepuk tangan dari seluruh peserta yang hadir siang itu.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Jepri Nainggolan, A.Md., S.S, M.Pd dalam sambutannya menyampaikan, mata kuliah seminar ini memang ada dua, yang pagi membawakan seminar drama dan yang sore akan membawakan seminar dan workshop penerjamahan. Hal ini dilakukan secara berkesinambungan, visi misi fakultas maupun Prodi tercapai seperti yang dicantumkan di dalam akreditas Fakultas Sastra Inggris.
Lebih lanjut Jepri Naingolan menyampaikan, bahwa sastra itu bisa membangun dunia. Bukan hanya sekelompok kecil, komunitas kecil akan tetapi bisa membangun dunia. Bahkan sastra itu di dalamnya banyak sekali, diantaranya segala macam seni. Yang pertama melalui progresifitas yang mampu masuk ke dalam berbagai bentuk dan yang paling menarik adalah menjadi digital literature. Kemudian bertranspormasi lagi menjadi beberapa artificial intelligence. Semua basis-basis itu sebenarnya adalah berbasis pada sastra. Dan sastra itu sendiri adalah salah satu ilmu yang paling tua setelah filsafat.
Jepri Naingolan kembali menyampaikan, jadi transpormasinya dari zaman Socrates hingga sekarang. Kemudian, ternyata sastra di dalamnya juga ada budaya, seni dan segala macam, menjadi tools dalam membangun sustainable community yang akan dibicarakan di lima negara. Kemudian nanti acara di lima negara itu, Rektor Uniba akan menjadi Invited Speaker dan Jepri Nainggolan juga akan menjadi InInvited Speaker yang akan membicarakan sustainable community.
Jepri kembali menyampaikan, bangganya sastra itu dalam konteks kebudayaan menjadi tools yang paling krusial di bidang sustainable community. Sehingga bagi para mahasiswa belum familiar dengan hal ini maka silahkan bertanya kepada dosennya masing-masing. Jadi, peran sastra itu tidak bisa diabaikan begitu saja harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, dalam kalimat pendek saya ingin mengatakan ketika manusia jika ingin terus bertahan, maka sastra dan budaya harus terus bertranpormasi serta memiliki progresifitas dan mengikuti perkembangan zaman, bertranpormasi di setiap celah-celah kehidupan. “Sastra mati, budaya mati dan kehidupan juga akan mati. Saya sering mengatakan sastra adalah TERANG yang tidak pernah redup walaupun seluruh dunia menjadi gelap gulita,” ujar Jepri Nainggolan disambut tepuk tangan meriah dari seluruh peserta yang hadir.
Menurut Jepri Nainggolan, ketika kita bersastra tidak akan pernah kesepian. Sastra tidak pernah meninggalkan dan tertinggal walaupun dunia mengacuhkan kita. Walau dunia dilanda anarkisme melalui absolutisme kekuasaan sastra tetap mandiri dan merdeka, tetap menjadi kekuatan intelektual dan kematangan emosi hingga bangsa dan negara menjadi tangguh secara keseluruhan, Sastra itu tidak pernah angkuh walau sesaat karena Sastra tidak pernah kurang apapun. Alangkah luar biasanya sastra ini jika disadari oleh seluruh stake holder, seluruh pemangku kepentingan. Ketika mau membangun negara yang kuat. Membangun komunitas yang kuat, sustainable community yang transformatif harus melibatkan Sastra dan budaya didalamnya karena Sastra dan budaya adalah progresifitas dan tranaformasi kehidupan manusia itu sendiri.
Ketika sastra tidak ada, maka, percayalah, intelektualitas akan lenyap begitu saja. Karena itu pada akhir zaman, nanti salah satu tanda-tanda kiamat, hilangnya huruf-huruf yang ada di Alquran. Hilangnya huruf-huruf Alquran adalah tanda bagi kita, bahwa hilangnya intelektual, hilangnya pengetahuan adalah kehancuran bagi semua bangsa dan komunitas. Sastra adalah penopang dan Sasrabahu, Sastra adalah lidah-lidah yang akan mendidik untuk membangun bangsa ini. Lewat sastra lidah ini akan mampu bernyanyi, mampu berkritik, mampu membangun intelektualitas bangsa, Sastra mampu mengedukasi komunitas menjadi lebih sensitif, matang, cerdas dan lebih tertib. “Saya yakin anak sastra punya kepekaan dan itu akan menjadi bekal besar untuk membangun bangsa kita menjadi bangsa yang lebih kuat. Membangun Sastra negara kita kaya, Membangun Sastra negara kita cerdas, Mbangun Sastra negara kita akan tetap terus adaftif, transformatif dan progresif mengikuti perkembangan zaman,“ pungkas Jepri Nainggolan.
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN