David Purba Tampil Sebagai Narasumber Pada Seminar Bulan Bahasa 2024 di Kampus Universitas Balikpapan


BALIPAPAN—Usai dibuka secara resmi Seminar Bulan Bahasa 2024 dengan mengambil tema “Mengintegrasikan Media Informasi Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa” yang diikuti oleh mahasiswa seluruh Program Studi FKIP Universitas Balikpapan, kemudian acara dilanjutkan penyampaian materi, yang berlangsung di conference room Kampus Universitas Balikpapan, Rabu (30/10/2024).

Penyampaian materi itu dengan narasumber David Purba S.H., yang merupakan jurnalis dari salah satu media TV swasta terkenal di Indonesia. David Purba juga merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Hukum Universitas Balikpapan. Di hadapan seluruh peserta, David menyampaikan materi tentang “Dasar-Dasar Jurnalstik”.

Di hadapan para peserta seminar, David menyampaikan tentang apa itu jusnalistik. Menurutnya, jurnalistik itu secara diksi, jurnalistik berasal dari serapan bahasa Inggris, journalistic atau journalism. Erat kaitannya dengan kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa. Asal katanya jurnal atau journal, yang berarti catatan harian.

Kemudian, David menyampaikan, namun berdasarkan pengalaman pribadi. Jurnalistik bisa dipandang dalam tiga aspek. Pertama itu proses, teknik dan ilmu. Proses berkaitan dengan aktivitas mencari, mengolah dan menyebarluaskan berita. Teknik itu skill dalam mengolah dan mendapatkan berita. Kemudian ilmu. Jurnalistik juga merupakan bidang keilmuan mengenai media massa.

Selanjutnya David menyampaikan sejarah singkat jurnalistik. Jauh sebelum koran dan media digital dikenal, kira-kira tahun 85 SM, penyebarluasan informasi menggunakan papan pengumuman atau dikenal dengan acta diurna. Pelopornya Julius Caesar, kaisar Romawi saat itu. “Tahun 1440 M, Johannes Gutenberg dari Mainz, Jerman menggebrak dengan temuan mesin cetaknya. Saat itu semua buku ditulis tangan, temuan Gutenberg pun jadi penolong, termasuk dalam dunia jurnalistik. Meski demikian penyebaran mesin cetak terbatas,” ujarnya.

David juga menyampaikan, bahwa jurnalistik itu beragam. Berdasarkan wadah atau media penyebarluasan dibagi menjadi tiga. Pertama media cetak, mulai dari koran, majalah dan tabloid. Kedua media elektronik, televisi serta radio dan terakhir media online atau media siber yang menggunakan jaringan internet. Sementara untuk paham atau topik pemberitaan dalam jurnalistik ada banyak. Milsanya, Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga. Sesuai namanya, pemberitaan dilakukan oleh warga biasa. Namun tetap dengan kaidah penulisan jurnalistik yang benar. Wadahnya bisa media komunitas, blog, atau media sosial. “Ada juga, Jurnalisme Kuning. Merpakan alisan yang berupaya untuk menciptakan kesan-kesan sensasional dengan judul-judul bombastis mengundang rasa penasaran. Kadang judul tak sesuai dengan isi berita. Lebih sering meliput dunia criminal,” ujar David lagi.

David menyampaikan bahwa jurnalistik itu ada beberapa jenis, lazimnya jenis berita itu ada tiga. Pertama straight news, ialah kabar yang ditulis secara ringkas, lugas dan apa adanya. Straight news biasanya memuat informasi terkini tentang peristiwa yang sedang hangat, aktual, dan penting. Straight news sendiri terbagi menjadi dua yakni hard news atau berita cepat dan soft news atau berita lunak. Hard news, paling umum dan banyak ditemukan. Berisi peristiwa serius. Sementara soft news kabar menarik atau unik. Indepth news alias berita mendalam dikembangkan dari berita yang sudah ada. Berita ini biasanya membahas suatu peristiwa atau kejadian dari perspektif tertentu. “Kemudian, Feature adalah tulisan jurnalistik yang mengandung human interest, dan bergaya penulisan sastra (jurnalisme sastrawi). Tulisan feature yang paling populer adalah kisah nyata, kisah perjalanan, tips, dan biografi,” ujar David lagi/

Dipenghujung materi yang disampaikannya, David menyampaikan tentang menangkal berita bohong. Daily Social bersama Jakpat, Mobile Survey Platform melakukan survei terhadap 2.032 pengguna gawai di seluruh Indonesia mengenai hoax dan responsnya. Hasilnya, informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25 persen), WhatsApp (56,55 persen), dan Instagram (29,48 persen).

Untuk itu David menyampaikan kepada para mahasiswa agar memeriksa fakta dan data. Akurat atau tidak, bisa dipercaya atau tidak. Lakukan riset kecil-kecilan untuk mencari kebenaran berita tersebut. “Dan yang penting Jangan mau terpancing oleh berita clickbait,” pungkasnya.

HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN