BALIKPAPAN—Balikpapan Writers Festival (BWF) menggelar Seminar Fashion Book yang diikuti oleh sejumlah murid dan guru dari SMA Negeri 2 Balikpapan yang berhasil membuat sebuah buku dengan berbagai jenis buku. Acara ini berlangsung di Ballroom Putri Aji Karang Melenu, Gedung G, Lantai 8, Kampus Universitas Balikpapan, Rabu (23/10/2024).
Acara ini dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharma Wirawan Kalimantan Timur Universitas Balikpapan. Dr. H. Rendi Susiswo Ismail SE. SH. MH. Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal. Kepala Perpustakaan Uniba Dr. Firman S.Ag. M.SI., Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip kota Balikpapan Drs. Elvin Junaidi. Ketua BWF Fitri Githa Cinta. Serta dihadiri oleh puluhan guru dan siswa dari SMA Negeri 2 Balikpapan.
Fitri Githa Cinta menyampaikan, bahwa kegiatan ini sengaja diadakan untuk memperkenalkan penulis dan hasil karyanya. Di mana para penulis di Balikpapan ini banyak yang belum mengenal mereka. “Penulis di Balikpapan itu kan orang jarang kenal. Jadi dengan adanya kegiatan ini kami ingin memperkenalkan bahwa, penulis itu bukan hanya orang yang di belakang layar. Akan tetapi mereka juga bisa berkomunitas dan membuat suatu acara yang mampu menggaungkan pekerjaan mereka, bahwa hasil karya tulisnya bisa berguna bukan hanya bagi dirinya sendiri, melainkan juga berguna untuk orang lain. “Seperti memberikan informasi, kemudian mendokumentasikan kejadian. Terus melestarikan budaya dan tradisi yang ada di kota kita ini melalui sebuah tulisan dan menjadi sebuah buku. Dan semua yang ada di sini adalah penulis buku cetak,” ujar Fitri Githa Cinta.
Kepala Perputakaan Uniba Dr. Firman mengatakan, bahwa kegiatan ini bisa terlaksana berkat komunitas penulis yang menghubungi Perputaskaan Uniba beberapa waktu sebelumnya. Niat baik itu direspon dengan baik. Dan mereka diajak ke perpustakaan Uniba untuk berbincang-bincang apa yang bisa dilakukan. Dan di bulan September yang lalu sempat mengadakan inkubasi menulis. “Jadi ini merupakan potensi-potensi yang ada di Balikpapan untuk dikembangkan agar bagaimana menciptakan di Balikpapan lahir para penulis-penulis. Dan seharusnya, seperti di Balikpapan ini bisa melahirkan penulis-penulis hebat,” ujar Firman.
Perpustakaan Uniba sendiri telah banyak melakukan lompatan-lompatan. Dan di bulan Juli lalu, Perpustakaan Uniba sempat mengadakan bedah buku dengan judul IKN Nusantara yang merupakan buku yang ditulis oleh Rektor Uniba. “Dan pada saat itu hadir Bapak I Nyoman Nuarta, yang mendesain Istana Garuda yang berada di IKN Nusantara. Dan buku hasil karya Pak Rektor tersebut mendapatkan apresiasi dari I Nyoman Nuarta,” pungkasnya disambut tepuk tangan meriah dari seluruh peserta.
Sementara itu, Rektor Uniba dalam sambutannya menyampaikan, bahwa Uniba selalu memfasilitasi kegiatan masyarakat Balikpapan apalagi terkait pendidikan. Rektor Uniba mengaku gembira dan bangga sebab kegiatan ini dihadiri ratusan penulis. “Itu luar biasa. Saya sampai bercita-cita dan bermimpi, suatu saat ada penulis Balikpapan yang bisa dijadikan karya-karya film nantinya. Seperti Andrea Hirata penulis novel Laskar Pelangi. Ada film Di Bawah Lindungan Kabah, yang merupakan hasil tulisan dari Buya Hamka. Dan kegiatan ini mengingatkan kita dengan orang-orang hebat,” ujar Rektor Uniba.
Kelebihan seorang penulis menurut Rektor Uniba itu, dipastikan si penulis banyak membaca. Untuk itu, kegiatan ini diharapkan bisa dilanjutkan. Seperti pameran buku yang dihasilkan oleh para penulis-penulis di Balikpapan. “Saya berharap, para penulis yang hadir hari ini, suatu saat akan menjadikan karyanya yang fenomenal dan dikenal di seluruh tanah air. Bahkan alangkah baiknya hasil karya penulis di Balikpapan ini bisa difilmkan, sebagaimana hasil karya Buya Hamka, Di Bawah Lindungan Kabah. Di mana buku tersebut sudah berapa kali dicetak dalam kurun waktu yang cukup lama dan sempat difilmkan dengan jumlah penonton yang sangat banyak jumlahnya,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Dr. H. Rendi Susiswo Ismail dalam sambutannya menyampaikan, dirinya sangat berbahagia sekali dengan diadakannya seminar fashion book dengan tema “Merawat Kearifan Lokal Demi Melestarikan Budaya dan Sejarah Kota Balikpapan”. Beliau mengakui bahwa persoalan yang berkaitan dengan budaya dan sejarah di Balikpapan, basisnya adalah kearifan lokal masih terbilang miskin. Apalagi penulis-penulis di Balikpapan belum begitu aktif dan belum begitu banyak untuk menggali potensi budaya apalagi yang berkaitan sejarah kota Balikpapan.
Lebih lanjut Dr. H. Rendi Susiswo Ismail menyampaikan, dalam banyak diskusi ketika ditanya budaya Balikpapan dan kesejarahan Balikpapan tidak cukup banyak orang yang bisa memberikan penjelasan yang menyangkut tentang sejarah Balikpapan. “Padahal budaya inikan bagi bangsa ini, maupun semua bangsa, merupakan jati diri bangsa. Pemahaman kita tentang kesejarahan kita menjadi sangat penting. Untuk bagaimana kita bisa memahami dengan baik, sehingga kita diharapkan bisa menjelaskan peristiwa-peristiwa kesejarahan, khususnya di kota Balikpapan ini. termasuk juga perjuangan-perjuangan bangsa kita saat melawan penjajah,” ujar Dr. H. Rendi Susiswo Ismail. Dengan memahami sejarah itu, menurut Dr. H. Rendi Susiswo Ismail, peristiwa-peristiwa kesejarahan masa lalu agar bangsa Indonesia yang senantiasa menghormati apa yang telah diwariskan oleh leluluhur bangsa.
Dr. H. Rendi Susiswo Ismail sempat menanyakan, tentang nama ballroom milik kampus Uniba ini. Di mana, ballroom tersenut diberi nama Putri Aji Karangmelenu. “Mohon maaf, coba perhatikan gambar di dinding belakang ballroom ini, itu ada gambar seorang wanita yang dinamai Putri Aji Karangmelenu. Sampai dengan saat ini, belum ada penulisnya. Sampai dengan hari ini, saya dorong di Fakultas Ilmu Budaya Uniba untuk mencari tau dengan tulisan-tulisan, cerpen pendek dan ringan yang menceritakan tentang Putri Aji Karangmelenu," ujarnya.
Beliau sengaja membangun gedung ini dan dan diberi nama Putri Aji Karangmelenu. Dan ketika dikaji, ternyata sangat luar biasa sejarahnya. Begitu juga di Balikpapan, ketika ditanya kekhasan budaya Balikpapan, ternyata tida ada. Tapi ada yang terluka, yaitu masyarakat Pasir Balik. Dulu masyarakat Pasir Balik itu adalah komunitas besar di Balikpapan. Tapi kemudian ada proses kesejarahan yang kemudian mereka pada akhirnya dipaksa oleh keadaan untuk eksodus. Dan mereka lari ke Balikpapan Seberang yang sekarang menjadi Penajam. Kemudian terjadi perang hebat yang akhirnya hampir menghabiskan orang Pasir Balik. “Yang tinggal sekarang ini mungkin hanya satu dua, itu pun tidak punya cukup nyali bahwa mereka itu orang asli Balikpapan,” ujar Dr. Rendi lagi.
Padahal banyak sekali peninggalan-peninggalan oleh suku Pasir Balik, sebagai contoh misalnya, Muara Rapak yang ada di Balikpapan Utara itu sebenarnya peninggalan orang suku Balik. Tempat bermukimnya orang suku Balik. Sepinggan dan Semayang juga merupakan peninggalan suku Balik. “Kehidupan orang Pasir Balik juga sama seperti kehidupan kita sekarang. Bahkan kita sendiri tidak tahu nama-nama asli orang Suku Balik apa yah? Untuk itu saya berharap kepada teman-teman penulis ini untuk menulis tentang Suku Pasir Balik ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Elvin Junaidi dalam sambutannya menyampaikan, bahwa penelitian UNESCO mengatakan dari 61 negara, Indonesia menduduki urutan 60 minat bacanya yang paling rendah. Negara yang ke 61 itu adalah negara Boswana, yang berada di Afrika. Merupakan negeri yang tertinggal. Begitu pula dengan penelitian ISA juga, dari 64 negara, Indonesia merupakan urutan ke 60 yang minat bacanya rendah. “Akhirnya pemerintah sadar akan hal ini. Dan membuat gerakan literasi nasional pada tahun 2016. Di tahun 2016 itu dibuat literasi nasional dan sedikit ada perubahan. Mulai kegiatan literasi sekolah, di mana siswa disuruh baca 10 atau 15 menit sebelum memulai pelajaran. Namun sayang gerakan itu sudah mulai hilang,” ujar,” Elvin Junaidi.
Gerakan Literasi Nasional menurut Elvin Junaidi membutuhkan proses yang lama. Untuk itu Perpustakaan Kota Balikpapan sedang menginventarisir, siapa orang yang suka membaca di Perpustakaan Kota Balikpapan, Elvin ingin memastikan sekarang orang suka membaca di perpustakaan tersebut orangnya siapa?. “Mohon maaf, sekarang kehidupannya seperti apa. Supaya kehidupanya sangat baik memotivasi kepada kita semua, bahwa orang yang suka ke perpustakaan adalah orang yang kehidupannya akan lebih baik,” ujarnya.
Hal ini bisa diambil contoh seperti di Finlandia, di mana warganya hidup bahagia. Hal ini terjadi karena minat baca yang tinggi, sehingga apabila warganya ada masalah, ia mampu memecahkan masalahnya sendiri. “Orang yang bisa memecahkan masalah adalah orang yang sering membaca buku. Orang yang membaca buku, banyak membaca pengalaman-pengalaman orang lain. Sehingga mereka mampu memecahkan masalah dan hidup bahagia,” pungkasnya.
Seminar ini diakhiri dengan parade fashion book yang diikuti oleh guru-guru dan murid-murid dari SMA Negeri 2 Balikpapan. Uniknya mereka semua mengenakan busana adat dan masing masing membawa buku hasil karayanya sendiri
HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN