Dalam rangka melawan radikalisme, intoleransi dan terorisme yang semakin marak akhir-akhir ini, maka pada tanggal 25-26 September 2017, diadakan pertemuan Pimpinan perguruan Tinggi Se-Indonesia, Perwakilan Universitas Balikpapan yang hadir pada pertemuan ini mengapresiasi kegiatan yang bertujuan agar Perguruan Tinggi Se-Indonesia berperan dalam mewujudkan Aksi kebangsaan Perguruan Tinggi melawan Radikalisme dapat terwujud. Pada hari pertama yakni tanggal 25 September 2017, bertempat di Nusa Dua Convention Center mengumpulkan ribuan orang bergelar Professor, Doktor, Magister dari berbagai latar belakang disiplin ilmu dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, hingga Perguruan Tinggi Agama dari lain, selain bertemu dan berembuk bersama dengan Perguruan Tinggi Budha, Hindu dan Kristen. Dari Perguruan Tinggi Teknik hingga Kebidanan, dari Ekonomi hingga Pelayaran, dari Ilmu Pasti hingga Seni lengkap luar biasa, tepat nya laporan panitia penyelenggara mendata sekitar 3000 peserta hadir pada Seminar Kebangsaan “ Peran Lembaga Pendidikan Tinggi sebagai Benteng Perlawanan Terhadap Radikalisme serta Ancaman bagi Pancasila dan NKRI” yang melibatkan juru bicara Kepala Kepolisian R.I. Jenderal (Pol) Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A.,Ph.D. Menteri Agama H. Lukman Saifuddin, Kepala BNPT Suhardi Alius, Kepala UKP PIP Yudi Latief Ph.D dan Tokoh Agama Prof. Dr. H. Buya Ahmad Sayafii Maarif. Acara dimulai pada jam 14.00 dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Do’a selanjutnya acara dipimpin oleh moderator Erwin Usman. Melalui pemaparan para juru bicara yang sangat paham akan Tema Seminar pada acara ini semakin membuka wawasan para peseta seminar betapa serius nya ancaman akan radikalisme, inteoleransi, kebencian dan provokasi ditengah masyarakat yang terjadi saat ini di Indonesia yang ingin menggantikan dasar Negara Indonesia Pancasila dengan berbagai cara serta merubah UUD 45 Negara R.I. dan kebhinekaan NKRI. Gagasan terselenggaranya Seminar Kebangsaan ini di inisiasi oleh 155 Pimpinan Perguruan Tinggi yang kemudian mengahadap Presiden tanggal 25 Agustus 2017, untuk mengundang Presiden hadir dalam Deklarasi melawan Radikalisme. Massive nya gerakan-gerakan radikalime, intoleransi dan terorisme yang ada saat ini sudah bergerak bukan hanya ditengah masyarakat awam, social media namun sudah menyusup ke perguruan tinggi juga.
Betapa mulus nya mereka melancarkan kegiatan radikalisme untuk mempengaruhi cara pandang para korban untuk masuk pada oranisasi radikal melalui pendekatan agama sehingga berhasil merekrut para pemuda-pemudi bangsa, tua dan muda yang akhir nya menyebar kebencian, intoleransi, radikalime dan bertujuan merubah Pancasila, UUD45 dan menghancurkan Kebhinekaan Indonesia. Mereka tidak mengenal sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang lahir bukan dari satu kelompok apalagi kekuatan agama, tapi lahir dari kebinekaan Bangsa Indonesia. Bila diamaati melalui presentasi para pembicara bagaimana para korban-korban yang menjadi terosis, serta kaum radikalis dibaiat dan di rekrut sangat manis dan lembut melalui ajaran/doktrin dengan janji-janji manis dan paham ke agamaan yang salah arah sangat mengerikan, dimana anak-anak muda yang belum dewasa secara mental dan pikiran dengan sangat mudah digiring dengan pemahaman yang salah tentang agama, misalnya dengan membunuh yang tidak satu paham adalah mati syahid dan akan disambut oleh 70 bidadari bila melakukan pemboman satu sarana/korban sebagai mahar dari tindakan mereka ( hal ini diperlihatkan melalui rekaman video oleh salah satu bom bunuh diri Hotel JW Mariot di Jakarta pada tahun 2009). Ormas-ormas radikal dam membaiat para pemuda termasuk mahasiswa bahkan dosen pun dapat di rekrut dengan bergagai cara yang manis dan mulus, yang menurut Kapolri R.I. Jenderal (Pol) Drs. H.M. Tito Karnavian, dikalangan Akdemisi dari jurusan Science lebih mudah di rekrut daraipada kalangan Sosial yang lebih kritis dalam bertanya dan ingin mengetahui lebih dalam akan missi dan tujuan pem baiatan mereka. Para peserta Seminar ter hentak menyaksikan dan mengetahui melalui pemaparan yang real dari rekaman video, metode penelitian tentang radikalisme dan teroris dan bagaimana peran ISIS dan bejat nya ISIS melalui testimoni para korban yang di rekrut dan mereka korban yang kembali dari luar negeri serta memaparkan penyesalan dan betapa biadab nya perlakuaan ISIS terhadap kemanusiaan menyatakan bahwa mereka (ISIS) tidak menjalankan syariat Islam sebagaimana yang mereka janji-janikan saat merekrut para pengikut ISIS, bahwa ajaran mereka tidak ada sama sekali yang relevan dengan pemahaman agama islam, yang mereka cari adalah harta, kukuasaan dan wanita. Tampak betapa hebat nya mereka mendoktrin dan mencuci otak anak-anak sehinga dari masih umur 6 tahun sudah diajari untuk memanggul senjata dan berlatih menggunakan nya, tidak terkelucuali anak lelaki maupun perempuan, dan di uji nyali dengan menembak satu tawanan perang dan yang wanita memenggal leher dengan mempergunakan pisau. Kegiatan Seminar ini bukan saja memperkaya pemahaman tentang radikalisme, intoleransi dan terorisme tapi melalui kegiatan ini para pembicara mendorong dan menghimbau perguruan tingi melalui para pimpinan perguruan tinggi yang hadir pada acara aksi kebangsaan di Bali Nusa Dua Convention Center dapat lebih memperkuat rasa nasionalisme/kebangsaan di perguruan tinggi masing-masing, baik melalui kurikulum pengajaran yang lebih memperdalam pengetahuan Pancasila dan kegiatan-kegiatan yang bersifat membangun rasa nasionalisme para mahasiswa.
Acara sesi pertama Seminar berakhir pada jam 16.30, dan dilanjutkan dengan sesi kedua yang terlebih dahulu dibuka dengan sambutan Menteri Ristek dan Dikti, Prof. H. Mohammad Nasir., Ph.D., AK. Pada sesi kedua Kepala BNPT Suhardi Alius, dalam pemaparannya yang tidak kalah seru dengan membuka tabir-tabir kegiatan radikalisme, intoleransi dan terorisme di Indonesia. Melalui kegiatan Deklarasi melawan Radikalisme ini kubu penyebar kebencian, hoax, adu domba dan SARA tersentak dan kaget. Mereka terguncang dan bingung yang tidak menyangka bahwa kebencian yang mereka sebarkan bukannya berhasil memecah belah tetapi menyatukan. Adu domba yang diharap bisa membuat orang saling membenci dalam prakteknya justeru membuat ribuan perguruan tinggi berjalan bergandeng tangan. Acara puncak Deklarasi Aksi Kebangsaan Pimpinan Perguruan Tinggi Se-Indonesia (out door ) pada tanggal 26 September 2017 ditutup oleh Presiden R.I. Ir. Joko Widodo dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu Garuda Pancasila, Pembacaan Deklarasi Aksi Kebangsaan Pimpinan Perguruan Tinggi Se-Indonesia, Pidato Presiden Republik Indonesia, Pembacaan Doa dan Foto Outdoor Pimpinan Perguruan Tinggi bersama Presiden Republik Indonesia.