2 Peserta Yudisium Ini Raih IPK Tertinggi


BALIKPAPAN—Pelaksanaan Yudisium Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Mesin dan Program Studi Teknik Elektro Universitas Balikpapan yang digelar di Ballroom Hotel Jatra Balikpapan pada Rabu 21/09/2022 mengumumkan 2 peserta yang meraih IPK tertinggi.

Kedua peserta yang meraih IPK tertinggi itu adalah Liberty Ganis Sanjaya S.T., dengan IPK 3,88 dari Program Studi Teknik Elektro. Kemudian Yosafat Fernando Nirwana Manurung S.T., dengan IPK 3,79 dari Program Studi Teknik Mesin.

Di sela-sela acara Yudisium, Liberty saat ditemui mengatakan, saat kuliah dirinya sudah bekerja di perusahaan oil and gas yaitu di Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dengan sistem rotasi. Kadang 2 minggu kerja 2 minggu libur, bahkan 4 minggu kerja dan 4 minggu libur. Saat kuliah dia mengaku banyak kendala saat melakukan pengerjaan tugas ataupun dalam metting online. Namun dia berusaha yang terbaik, misalnya tidak bisa hadir dirinya tetap menjalin komunukasi dengan dosen. “Sejak semester awal harus tetap menjaga komunikasi dengan para dosen. Karena dosen-dosen di Uniba memang sekomunikatif itu. Dosen dosen di Uniba memang luar biasa bagi saya,” ujarnya.

Gadis kelahiran 8 Mei 1994 dari pasangan Muchsin Jaya dan Suci Handayani yang merupakan anak ke 4 dari 4 empat bersaudara. Ia sempat bercerita, saat ini orang tuanya ada di Kota Bandung. Kemudian dirinya merantau ke Balikpapan untuk sekolah di SMK Negeri 1 Balikpapan. Setelah lulus kembali ke Bandung. Namun dirinya tidak betah selama di Bandung. Dan di tahun 2014 dirinya melamar di PHM dan diterima bekerja di sana hingga saat ini sebagai electrical technician sebagai under sub con.

Liberty termasuk gadis pemberani, di usia yang terbilang muda, dia memberanikan diri untuk merantau ke Balikpapan seorang diri untuk mencari pekerjaan. Namun apa yang dicita-citakannya membuahkan hasil. Ia menceritakan, sejak SD kelas 6 sudah di Balikpapan bersama keluarga. Namun sejak lulus SMK Negeri 1 Balikpapan tahun 2013 ia bersama orang tuanya pulang kampung halamannya di Bandung. “Orang tua saya wira usaha. Dulu jualan nasi yang lokasinya tak jauh dari SMK Negeri 1 atau dekat kantor pos. Setelah lulus SMK kami sekeluarga pindah ke kota kami di Bandung. Karena saya tidak betah di Bandung, maka saya memberanikan diri ke Balikpapan seorang diri untuk mencari pekerjaan sembari kuliah di Universitas Balikpapan,” ujarnya.

Begitu pula dengan Yosafat Fernando Nirwana Manurung S.T., sempat bercerita bahwa ditetapkannya dirinya sebagai peraih IPK tertinggi tidak semudah yang dibayangkan. Ia bercerita apabila ada tugas dari dosen, dia selalu tepat waktu untuk menyelesaikannya. Dan selalu menuruti apa yang diintruksikan oleh para dosen. Seperti berpakaian rapi, mengikuti jam kuliah dan yang terpenting menurutnya, jangan macam-macam saat menjalani perkuliahan.

Yosafat menceritakan, selama kuliah di Uniba ia lebih sering berteman dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua darinya. Ini berbeda saat ia masih duduk di SMK. “Saya banyak belajar dengan teman-teman yang lebih dewasa saat kuliah di Uniba khususnya tentang kehidupan,” ujarnya.

Pria kelahiran 23 Oktober 1996 anak dari pasangan Mangatas Manurung dan Linda Wati Tampubolon ini  juga mengatakan, selama kuliah di Uniba, semua dosen memiliki kesan positif baginya. Namun ada dosen yang menjadi idolanya, yaitu Ir. Manaseh M.Eng yang juga Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Balikpapan. “Karena Pak Manase lah yang membimbing saya dari awal hingga akhir, sampai saya meraih IPK tertinggi pada tahun akademik ini. Saya juga berterimakasih kepada dosen-dosen yang lain, yang sudah luar biasa memberikan pembelajaran kepada saya,” pungkasnya.

HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN