Penasehat Presiden Berikan Kuliah Umum di Kampus Uniba


BALIKPAPAN—Penasehat Presiden Bidang Haji dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Muhadjir Effendy M.AP., memberikan kuliah umum dihadapan mahasiswa yang berlangsung di Ballroom Putri Aji Karangmelenu, lantai 8, Gedung G, kampus Universitas Balikpapan, Minggu (28/04/2025).

Kuliah umum ini dihadiri oleh Ketua Dewan Pembina Yapenti DWK Universitas Balikpapan Dr. H. Rendi Susiswo Ismail SE. SH. MH. Rektor Universitas Balikpapan Dr. Ir. Isradi Zainal. Seluruh Wakil Rektor. Para Dekan, Ketua Program Studi, Dosen, pejabat struktural dan staff Universitas Balikpapan

Rektor Uniba dalam sambutannya menyampaikan, bahwa Uniba merasa bangga atas kehadiran Prof. Dr. Muhadjir Effendi, yang bersedia hadir untuk memberikan kuliah umum. “Beliau ini pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Dan juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Dan saat ini menjabat sebagai Penasehat Presiden Prabowo bidang haji,” ujar Rektor Uniba.

Lebih lanjut Rektor Uniba menyampaikan, bahwa Prof. Dr. Muhadjir Effendi ini pernah menduduki jabatan strategis, sehingga wejangan-wejangan yang nanti akan disampaikan tentu saja sangat bermanfaat bagi peserta yang hadir siang itu. Rektor Uniba juga sempat menyampaikan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Balikpapan segera berdiri. “Kami meyakini, dengan kehadiran Profesor Muhadjir Effendi ke Universitas Balikpapan membawa berkah dan sebagai pertanda Insya Allah dalam waktu dekat Fakultas Kedokteran Uniba akan berdiri,” ujar Rektor Uniba disambut tepuk tangan meriah dari peserta yang hadir.

Dr. H. Rendi Susiswo Ismail SE. SH. MH., dalam sambutannya menyampaikan, dengan hadirnya Prof. Dr Muhadjir Effendi merupakan kehormatan yang luar biasa. Setelah tidak lagi menjadi menteri, namun Prof. Dr. Muhadjir masih memiliki akses di pemerintahan dan sangat berpengaruh, sehingga kehadirannya di Uniba untuk memberikan kuliah umum dapat memberi manfaat bagi seluruh peserta yang hadir.

Dr. H. Rendi juga menyampaikan, bahwa pendirian Fakultas Kedokteran tinggal satu tahapan saja, yaitu visitasi. Dan seluruh persyaratan-persyaratan yang diperlukan berkaitan dengan pendirian Fakultas Kedokteran sudah dipenuhi. Visitasi belum bisa dilaksanakan karena efisiensi anggaran. “Tapi kemudian Pak Rektor sudah bertemu dengan Pak Menteri, kemudian clear persoalan efisensi anggaran dan tidak terpengaruh terhadap kebijakan pendidikan. Sehingga tinggal satu langkah lagi, maka Fakultas Kedokteran sudah bisa menerima mahasiwa,” pungkas Dr. H. Rendi.

Setelah menyampaikan sambutannya, acara dilanjutkan ke acara inti, yaitu Kuliah Umum yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhadjir Effendi dengan moderator Dr. Nurlia SE. MM. Menurutnya dirinya merasa bangga diundang ke Uniba. “Terimakasih Uniba, saya bangga melihat gedung pertemuan yang begitu megah ini. Luar biasa Uniba ini,” ujarnya di awal kuliah umumnya.

Menurutnya, kepala pemerintahan dari Bapak Joko Widodo ke Bapak Prabowo Subianto tidak terlalu jauh bergeser. Dari Nawacita ke Astacita. Sama-sama ada citanya, di Nawacita ada sembilan dan Astacita ada delapan. Sehingga tidak jauh berbeda terutama dalam sisi pembangunan sumber daya manusia. “Jadi dari Pak Jokowi maupun Pak Prabowo itu memberikan strecing yang sangat kuat, sangat besar, berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia,” ujar Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.

Hakikat dari pembangunan itu sesungguhnya adalah pembangunan manusia. Kalau infrastruktur itu adalah prasyarat dari pembangunan. Jadi menurutnya, infrastruktur itu bukan pembangunannya, melainkan hanya sebagai prasyarat. Dan yang namanya prasyarat itu tidak kalah pentingnya dengan pembangunan itu sendiri. Karena prasyarat itu menjadi syarat bisa dilaksanakannya sebuah program pembangunan manusia itu sendiri. “Jadi ibarat shalat tanpa wudhu, maka tidak sah. Jadi membangun manusia tanpa ditopang oleh infrastruktur itu nonsen,” ujarnya.

Saat menjadi Mendikbud dan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Prof. Muhadjir sempat menyusun siklus pembangunan manusia Indonesia. Dengan cara mempetakan intervensi program pembangunan manusia itu berbasis kepada siklus hidup manusia. Mulai dari seribu hari awal kehidupan, Balita di bawah usia dua tahun, Balita, masa pendidikan anak usia dini, masuk pendidikan dasar, pendidikan menengah, perguruan tinggi, masuk dunia kerja dan terakhir adalah masa usia lanjut. Ini membutuhkan siklus, dan masing-masing siklus itu ada intervensi dari negara yaitu Astacita yang menjadi tujuan agar tercipta manusia yang produktif serta menciptakan bangsa Indonesia adil dan makmur bisa terwujud.

Dari siklus itu yang paling sensitif dan yang paling menentukan adalah justru seribu hari awal kehidupan termasuk ketika berada dalam kandungan. Untuk itu sesuai dalam agama Islam, semua anak wajib menghormati Ibunya karena telah mengandung, melahirkan dan membesarkannya. “Jadi sembilan bulan dalam kandungan, dua tahun menyusui, itulah seribu hari dan itu adalah golden ages atau usia emas seseorang yang akan menjadi manusia, itu ditentukan dari seribu hari awal kehidupan,” ujarnya.

Posisi seorang perempuan menjadi sangat penting, sangat strategis, karena bertanggungjawab kepada seribu hari awal kehidupan orang yang kemudian nanti menjadi bernama manusia. Jadi yang menentukan hidup seorang anak yang pertama adalah ibunya. Bahkan pengaruh ibu itu tiga kali lipat dari pengaruh ayahnya. "Jadi berdasarkan hadist Nabi, rusaknya sebuah negara karena perempuan. Tiangnya negara adalah perempuan. Jadi tiang penopang terjaganya sebuah bangsa itu adalah perempuan. Kalau perempuannya baik, maka kokohlah negara itu. Namun apalagi perempuanya itu rusak, maka rusak negara itu,” imbuhnya.

Jadi negara harus memperhatikan serius, tidak hanya laki-laki saja, namun kepada kaum perempuan, mulai dari Balita, masa anak-anak, remaja, wanita yang siap menjadi ibu, memperhatikan kesehatan ibu hamil dan menyusui. Hal ini sangat penting bagi sebuah negara. Jadi stunting tidak dimonopoli oleh keluarga miskin. Kalau ada stunting dari keluarga miskin gampang, berarti ini kurang makan, kurang gizi, jadi intervensinya gampang. Cukup dikasih makan tambahan ketika hamil dan vitamin. “Yang repot itu justru kalau orang kaya, sebab jika diberitahu ibu ini kurang gizi bisa jadi marah dia. Hal ini bisa terjadi ketika masa remaja gaya hidupnya tidak sehat. Maka dari itu negara sudah memantau dan memperhatikan ibu hamil agar bisa menurunkan angka stunting,” ujarnya.

Untuk itu anak Indonesia itu harus sehat, cerdas, kuat dan berahlak mulia. Dan apa artinya pintar kalau sakit-sakitan. Namun kalau sehat, pintar dan umurnya panjang itulah harapan bangsa ini. “Sehat itu penting. Dan kunci anak sehat itu adalah ibu,” pungkasnya.  

Usai menyampaikan kuliah umumnya, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan penyerahan buku dari karya Prof. Dr. Muhadjir Effendi kepada Dr. H. Rendi Susiswo Ismail dan Dr. Ir. Isradi Zainal.

HUMAS UNIVERSITAS BALIKPAPAN